Minggu, 27 Maret 2011

seluk beluk BTS

Sempurna tidaknya sinyal yang diperoleh sebuah ponsel sangat tergantung dengan BTS. Namun, seperti apa sebenarnya cara kerja sebuah BTS?

Bila anda sedang berada di kota-kota besar, semacam Jakarta atau Surabaya Jamak terlihat pemandangan sebuah tower menjulang dan dilengkapi dengan perangkat-perangkat berbentuk piringan, atau benda berbentuk kotak. Terkadang, tower-tower semacam ity tegak berdampingan. Benda serupa, kadang bisa dijumpai juga saat anda berkendara ke luar kota.

Tower seperti itu adalah bagian dari sebuah BTS (base transceiver station). Istilah BTS sendiri sebenarnya sudah menjadi istilah umum bagi pelanggan selular. Baik pelanggan GSM maupun CDMA. Sebab memang BTS-lah komponen jaringan GSM yang pertama kali koneksi dengan ponsel anda.

BTS sendiri sebenarnya terdiri dari tiga bagian utama. Yakni, tower, shelter dan feeder. Dari ketiga komponen utama itu, towerlah yang paling jelas terlihat. Di bawah tower, biasanya ada sebuah bangunan yang biasanya berukuran 3 x 3 meter. Inilah yang disebut shelter. Di dalam terdapat berbagai combiner, module per carrier, core module (module ini(, power supply, fan (kipas) pendingin, dan AC/DC converter.

Seluruh perangkat dalam shelter BTS tidak ubahnya seperti rak-rak besi, atau malah lebih mirip lemari pendingin. Rak besi ini disebut juga sebagai BTS equipment (BTSE). Untuk mentenagai perangkat tadi rata-rata diperlukan range antara 500 sampai 1500 watt, tergantung module dan hadrware yang digunakan.

BTS hanyalah salah satu bagian dari seluruh rangkaian proses pengiriman sinyal, yang sebenarnya juga terdiri dari tiga komponen utama. Takni BBS, SSS dan intelligent network. BTS sendiri termasuk dalam komponen BSS (Base Station Subsystem). Selain BTS, dalam BSS juga dikenal BSC (Base Station Controler), dimana dalam alur sistem, beberapa BTS ditangai oleh satu BSC, umumnya satu BSC menangani sekitar 200 BTS.

Adapun komponen SSS (Switching Subsystem), mencakup kombinasi berbagai perangkat seperti MSC (mobile service Switching Center), HLR (Home Location Register) dan VLR (Visitor Location Register).

Alur Sistem BSS

Alur jaringan bisa diilustrasikan sebagai berikut: Pertama terpancar data atau sinyal dari ponsel yang diterima oleh antena (cell), dimana data atau sinyal tersebut dipancarkan lewat udara dalam area converage cell BTS. Kedua data atau sinyal yang diterima antena disampaikan melalui feeder (kabel antena), yang selanjutnya diolah dalam modul-modul hardware dan software BTS. Setelah itu tercipta output data yang diteruskan ke rangkaian luar BTS, yakni BSC. Untuk menghubungkan transmisi antara BTS dan BSC dipergunakan microwave.

“Microwave dipergunakan untuk menggantikan perang fungsi kabel, seperti PCM (Pulse Code Modulation) cable, seperti PCM (Pulse Code Modulation) cable atau fiber opric. Namun baik microwave dan fiber optic memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing,” papar Hendarmin, technical instrction ICM Training Center Siemens. Kelebihan microwave ialah infrastruktur yang dibangun lebih murah. Sedang kekurangan microwave kapasitas lebih rendah, kualitas bisa lebih buruk jika terjadi gangguan di udara. Lalu alternatif lain fiber optic, dengan kelebihan kapasitas lebih besar (fisik lebih kecil) ditunjang kualitas data lebih baik.

Kelemahan fiber optic adalah investasinya lebih mahal, sebab memerlukan penggalian tanah atau laut. Excelcom merupakan operator yang mempopulerkan penggunaan fiber optic guna mendukung transmisi, istilah yang dulu dikenal dengan teknologi Connetrix. Selain ity microwave juga dapat dipergunakan untuk mendukung koneksi dari BSC ke TRAU (Transcoder and Rate Adaption Unit), atau dari TRAU ke MSC. Proses alur tadi juga bisa berjalan dari arah sebaliknya. TRAU merupakan jalur penghubung dari BSC ke komponen SSS. Selain sebagai penghubung, TRAU berfungsi untuk mengkompresi traffic channel GSM. Sedang untuk kebutuhan channel GPRS tidak dipergunakan komponen TRAU.

Jenis dan Kelas BTS

Dalam istilah BTS juga dikenal berbagai pembagian kelas. Semisal untuk penempatan BTS, dibagi kedalam kelas indoor dan outdoor. BTS indoor mempunyai spesifikasi desain yang lebih ramping atau simpel, dan relatif lebih awet karena ditempatkan di dalam ruangan. Namun BTS indoor juga memiliki kelemahan pada penempatan ruangan tersendiri yang harus dilengkapi AC (Air Conditioner) sebagai pendingin. Rentang suhu yang dapat diterima komponen BTS antaa -5 hingg 55 derajat celcius. Umumnya perangkat BTS ini yang terdapat di dalam shelter dan mall-mall.

Selain itu terdapat BTS outdoor yang mempunyai spesifikasi tidak memerlukan ruangan khusus. Dapat ditempatkan pada dinding (wall mounted), terowongan, dan pinggir jalan. Sifatnya yang lebih fleksibel, tapi punya kelemahan desain yang lebih besar dan berat. Perbedaan biasanya hanya pada rack, tapi isi module-nya hampir sama dengan BTS indoor.

Menurut Hendarmin, kemampuan BTS juga dipengaruhi kapasitas yang tersedia. Kapasitas dalam hal ini menyangkut daya tampung Trx (Tranceiver) atau frekuensi. Biasanya dalam satu tower BTS terdiri dari 3 cell. Jika 1 cell memiliki 3 Trx, dimana 1 Trx tersebut memiliki 8 time slot. Artinya time slot inilah yang digunakan oleh subscriber atau pelanggan untuk melakukan komunikasi selular. Dari 8 time slot, 1 time slot khusus digunakan untuk signaling yang berfungsi untuk membawa informasi tentang parameter cell. Sisanya tujuh time slot biasa digunakan untuk komunikasi voice dan GPRS. Jadi satu cell yang memiliki tiga Trx (3 x 8 slot) – 1 time slot, artinya terdapat 23 time slot yang bisa digunakan komunikasi oleh 23 pelanggan secara bersamaan. Singkatnya 69 percakapan suara dapat di cover bersamaan oleh 1 tower BTS dengan 3 cell yang ada.

Hubungan Antara Cell dan Converage

Cell dalam BTS mempunyai kaitan erat dengan converage (area layanan). Besar kecilnya cell tentu berpengaruh pada performa jaringan yang diterima oleh pelanggan. Penyediaan cell pun tidak terlepas dari faktor kontur permukaan bumi. Seperti tanah lapang, pegunungan dan daerah gedung bertingkat mempunyai pengaruh tersendiri dalam pemasangan cell BTS. Berikut ini dijelaskan beberapa tipe cell, dan luas converage yang mampu dicakup.

Macro cell – jenis ini yang paling gampang dilihat, sebab ditempatkan di atas gedung tinggi atau tower dengan ketinggian sekitar 50 meter. Ciri macro cell yakni memiliki transmit power yang lebih tinggi, dan converage lebih luas. Umumnya macro cell banyak ditempatkan di daerah pinggiran kota yang mempunyai kepadatan rendah (low traffic) dan sesuai bagi pelanggan yang membutuhkan mobilitas tinggi. Jarak jangkauan bisa berbeda antar operator, tergantung desain yang dibutuhkan. Maksimum macro cell mempunyai jangkauan hingga 35 km, pada realitanya macro cell hanya beroperasi hingga 20 km saja. Ini disebabkan adanya halangan-halangan yang mengganggu penetrasi signal.

Micro cell – jenis ini biasanya ditempatkan di pinggiran jalan atau di sela-sela pojok gedung. Macro cell dirancang bagi komunikasi pelanggan dengan kepadatan tinggi, namun bermobilitas rendah. Ciri micro cell yakni converage nya kecil namun kapasitas besar dengan transmit power yang rendah. Biasanya antenanya cukup dipasang di plafon atau langit-langit suatu ruangan, ada juga tanpa antena alias ditempel pada dinding. Micro cell sendiri dibagi ke dalam micro cell standar, pico cell, dan nano cell. Maksimum micro cell mempunyai jangkauan antara 500 meter hingga 1 km.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar