BAB IV
ANALISIS
INCREMENTAL, BENEFIT COST RATIO, ANALISA PAYBACK PERIOD, BREAK EVENT POINT DAN
ANALISIS SENSITIVITAS
1.
Analisis Incremental
a.
Pengertian
Analisis Incremental adalah pemilihan atas dua alternatif dengan cara menentukan selisih cash flow dari kedua alternatif, umumnya dipakai untuk menentukan IRR (Internal Rate of Return ) dari dua alternatif yang memiliki keseluruhan cash flow negatif (kecuali nilai sisa). Incremental analysis kadang-kadang disebut analisis marjinal atau analisis diferensial, digunakan untuk menganalisis informasi keuangan yang diperlukan untuk pengambilan keputusan. Lebih jelasnya, ini mengidentifikasi pendapatan yang relevan dan biaya-biaya dari setiap alternatif dan dampak yang diharapkan dari setiap alternatif itu pada pendapatan masa depan. Biasanya Incremental Analysis itu meliputi :
- Menjual atau memproses secara lanjut
- Memperbaiki atau membeli baru
- Menyimpan atau mengganti barang tertentu
- Membuat atau membeli sejumlah barang tertentu
- Menjual sekarang atau memproses barang lebih lanjut
- Menyewa ruangan lain atau melanjutkan kegiatan
- Melanjutkan atau menghentikan produksi
- Menerima atau menolak penawaran khusus
- Perubahan jangka waktu kredit
- Membuka tempat baru Membeli atau menyewa
Probabilitas
(P) bahwa akan ada permintaan barang ke-n sama dengan probabilitas bahwa
permintaan barang akan sama atau lebih besar dari n. Ini berarti tidak
akan ada permintaan untuk barang ke-n apabila permintaan barang lebih kecil
dari n, sehingga jumlah dari kedua nilai probabilitas ialah satu.
P(D ≥ n) + P(D < n) = 1
Apabila
menyediakan barang ke-n dan ada permintaan untuk barang tersebut, kemungkinan
akan mengalami kerugian 0 (nol). Namun, apabila menyediakan barang ke-n
dan tidak ada permintaan, maka akan mengalami kerugian karena penyediaan
berlebih (over stocking) sebesar :
Lo. EL (Q > n) = Lo . P(D < n)
Apabila
tidak menyediakan barang ke-n tetapi ada permintaan untuk barang tersebut,
kemungkinan akan mengalami kerugian akibat penyediaan kurang sebesar Lu.
Sebaliknya, apabila tidak menyediakan barang ke-n dan tidak ada permintaan
untuk barang tersebut, tidak akan mengalami kerugian. Harapan kerugian
karena tidak menyediakan barang ke-n sebesar penyediaan berlebih
dikalikan probabilitas.
EL (Q < n) = Lo . P(D ≥ n)
Syarat yang diperlukan untuk menyediakan barang
ke-n ialah apabila harapan menyediakan akan sama atau lebih kecil dari harapan
kerugian tidak menyediakan. Dengan kata lain, dapat dituliskan hubungan
berikut:
Lo . P(D < n) ≤ Lu . P(D ≥ n)
Jumlah
probabilitas dari kedua kejadian tersebut sama dengan satu, yaitu
P(D ≥ n) + P(D < n) = 1. Karena P(D ≥ n) = 1 - P(D < n), maka dapat ditulis
Lo . P(D < n) ≤ Lu . P(D ≥ n)
Lo . P(D < n) ≤ Lu . [1 - P(D < n)]
Lo . P(D < n) ≤ Lu - Lu . P(D < n)
Jika ditambahkan Lu . P(D < n) di kedua belah pihak
Lo
. P(D < n) + Lu . P(D < n) ≤ Lu - Lu . P(D < n) + Lu . P(D <
n)
Lo . P(D < n) + Lu . P(D < n) ≤ Lu
P(D
< n) . [Lo + Lu] ≤ Lu
Dengan membagi kedua belah pihak
dengan Lo + Lu , diperoleh
P (D < n ) ≤
Hubungan di atas menunjukkan bahwa untuk penyediaan barang ke-n,
probabilitas kumulatif barang kurang atau lebih kecil dari n akan sama atau lebih
kecil dari rasio kerugian karena penyediaan berlebih (Lo) dengan jumlah kerugian
karena penyediaan berlebih dan berkurang (Lo + Lu).
c.
Contoh kasus dan Jawabannya
Analisis Incremental
Cost dalam Pengambilan Keputusan untuk Menerima atau Menolak Pesanan Khusus
PT. Monetta memproduksi ikat
pinggang dalam pabrik yang berkapasitas 1500 satuan pertahun . Untuk tahun
anggaran 2012 perusahaan merencanakan akan memproduksi dan menjual produk
tersebut sebanyak 1000 satuan dengan harga jual sebesar Rp.5000 persatuan.
Anggaran biaya untuk tahun tsb sbb:
Persatuan Total
Biaya Variabel:
By. Produksi
variabel
Rp.800 Rp.800.000
By. Komersial
variabel
300 300.000
Biaya Tetap:
By.Produksi tetap
700
700.000
By. Komersial tetap
600 600.000
Rp.2400 Rp2.400.000
Misal perusahaan menerima pesanan
khusus sebanyak 350 satuan produk tersebut dari perusahaan lain.
Harga yang
diminta oleh pemesan Rp.2000 perpesanan.
Pendapatan diferensial
:
350 satuan x
Rp.2000 Rp.700.000
Biaya diferensial:
By. Produksi
Variabel
Rp.280.000
By. Komersial
Variabel Rp.105.000
Rp.385.000
Laba
Diferensial Rp. 315.000
2.
Benefit Cost Ratio
a.
Pengertian
Benefit
cost ratio adalah perbandingan nilai ekuivalen semua manfaat terhadap nilai
ekuivalen semua biaya. Nilai ekuivalen dapat dilakukan menggunakan
analisis nilai sekarang, nilai yang akan datang atau nilai tahunan. Metoda
pemilihan alternatif yang berdasarkan atas dasar Ratio Benefit (B) terhadap
Cost (C) yang terjadi pada proyek tertentu ( biasanya proyek pemerintah). Suatu
evaluasi yang berdasarkan selisih antara Benefit dan Cost adalah B – C.
Kriteria pengambilan keputusan berdasarkan nilai B/C yang diperoleh jika dari
dua alternatif yang dibandingkan diperoleh nilai B/C > 1
maka alternatif dengan biaya yang lebih besar yang dipilih. Namun jika dua
alternatif yang dibandingkan nilai B/C < 1 maka alternatif dengan biaya yang
lebih kecil yang dipilih.
b.
Rumus
Benefit cost ratio analysis secara matematis merupakan
perbandingan nilai ekuivalen semua benefit terhadap nilai ekuivalen semua
biaya. Perhitungan ekuivalensi bisa menggunakan salah satu dari beberapa
analisis. Contohnya :
B/C= PWbenefit/(PW
cost)= FWbenefit/FWcost=AWbenefit/AWcost
Untuk kriteria pengambilan keputusan untuk alternatif tunggal
adalah dengan cara melihat nilai dari B/C apakah besar dari sama dengan satu
atau kecil dari satu.
- Jika B/C ≥ 1 , maka alternatif investasi atau proyek layak (feasible), diterima
- Jika B/C < 1 , maka alternatif investasi atau proyek tidak layak (not feasible)
c.
Contoh Kasus dan Jawabannya
Contoh
alternatif tunggal :
Sebuah perusahaan sedang mempertimbangkan untuk membeli peralatan
baru seharga Rp.35.000.000. Dengan peralatan baru itu bisa dilakukan
penghematan sebesar Rp.500.000 per tahun selama 5 tahun. Pada akhir tahun ke 5
peralatan itu memiliki nilai jual sebesar 40.000.000. apabila tingkat
pengembalian 9% per tahun. Apakah pembelian peralatan baru tersebut
menguntungkan?
Penyelesaian :
Dengan menggunakan
pendekatan present worth maka semua biaya dan benefit ditarik ke present
B/C= (500.000
(3,88966)+40.000.000 (0,64993))/35.000.000
B/C= 0,79
karena kurang dari 1 maka investasi pembelian peralatan baru tidak
layak atau tidak menguntungkan.
3.
Analisa Payback Period
a.
Pengertian
Analisis
payback period menghitung waktu yang diperlukan arus kas masuk sama dengan arus
kas keluar. Analisis ini biasanya digunakan untuk mengukur tingkat resiko
alternatif berkaitan dengan seberapa cepat nilai investasi dapat
dikembalikan. Alternatif dengan periode pengembalian yang lebih singkat
merupakan pilihan yang lebih menarik. Hasil analisis payback period hanya
menyajikan kecepatan pengembalian investasi. Di harapkan seluruh pendapatan
sudah dapat memenuhi syarat seluruh pengeluaran dengan tidak memperhitungkan
bunga. Sehingga bisa dikatakan bahwa payback period adalah break event project
tanpa menghitung bunga.
- Mengabaikan aliran kas masuk setelah periode cutofff. Contoh: $2000 di tahun 3 untuk proyek A diabaikan. Juga $5000 di tahun 5 untuk proyek B. Walaupun $5.000 diganti dgn $50.000, itu tidak mempengaruhi decision pada metode payback period.
- Metoda payback tidak mempertimbangkan nilai waktu uang.
b. Rumus
Periode “Payback” menunjukkan berapa lama (dalam
beberapa tahun) suatu investasi akan bisa kembali. Periode “Payback” menunjukkan
perbandingan antara “initial investment” dengan aliran
kas tahunan, dengan rumus umu sebagai berikut :
Payback Period =
Apabila periode payback kurang dari suatu periode
yang telah ditentukan proyek tersebut diterima, apabila tidak proyek tersebut
ditolak. Jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan nilai investasi
melalui penerimaan – penerimaan yang dihasilkan oleh proyek investasi tersebut
juga untuk mengukur kecepatan kembalinya dana investasi. Rumus periode
pengembalian jika arus kas per tahun jumlahnya berbeda
Payback Period =
Dimana :
n = Tahun terakhir
dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup investasi mula-mula
a = Jumlah investasi
mula-mula
b = Jumlah kumulatif arus
kas pada tahun ke – n
c = Jumlah kumulatif
arus kas pada tahun ke n + 1
Semakin lama payback periodnya, semakin jelek siklus keuangan
perusahaan tersebut. Payback Period dihitung dengan menambahkan seluruh cash
inflow proyek sampai cash in flow-nya positif. konsep yang digunakan:
CF proyek = Net Income +
Depresiasi
c.
Contoh Kasus dan
Jawabannya
Contoh :
United Inc. merencanakan untuk membangun fasilitas kebugaran
bagi masyarakat umum. Biaya investasi untuk membangun fasilitas ini sebesar Rp
200 M dan fasilitas ini akan memiliki umur ekonomis 4 tahun. Biaya modal proyek
ini sebesar 11%. Depresiasi fasilitas ini akan dihitung dengan menggunakan
metode garis lurus tanpa nilai sisa. Informasi mengenai laba bersih (Net
Income) dari proyek ini adalah data berikut:
Tahun 1
2
3 4
Net
Income
30M 40M
50M 50M
berdasarkan data diatas,
hitung:
1. Average Accounting
Return (AAR)
2. Payback Period
3. Discounted Period
Penyelesaian:
ARR = rata-rata NI / rata-rata
ASSET
rata-rata NI =
(30+40+50+50)/ 4
= 42,5 M
rata-rata ASSET =
(200+0)/ 2
= 100 M
jadi AAR = 42,5/ 100
= 0,425
= 42,5%
4. Break Event Points
a. Pengertian
Dalam beberapa kondisi ekonomi, biaya dari suatu alternatif
mungkin merupakan fungsi dari suatu variabel. Jika dua atau lebih alternatif
merupakan fungsi dari suatu variabel yang sama, kemudian ingin ditentukan nilai
dari variabel tersebut sedemikian hingga biaya kedua alternatif tersebut
sama. Nilai dari variabel yang diperoleh disebut sebagai titik
(break-event point).
Jika biaya dari suatu
alternatif merupakan fungsi dari satu variabel yang dapat berupa beberapa nilai
tertentu maka adalah bermanfaat untuk menentukan nilai suatu variabel dimana
biaya minimal. Nilai variabel yang demikian disebut biaya minimal (minimum,
cost point). Beberapa alternatif yang merupakan fungsi dengan variabel yang
sama dapa dibandingkan berdasarkan, biaya minimal.
b. Rumus
Jika proyek feasible
karena IRR > MARR
NPV > 0
Dan jika tidak feasible
karena IRR < MARR
NPV < 0
5. Analisis Sensitivitas
a. Pengertian
Analisis sensivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk
mengetahui akibat dari perubahan parameter-parameter produksi terhadap
perubahan kinerja system produksi dalam menghasilkan keuntungan. Dengan
melakukan analisis sentivitas maka akibat yang mungkin terjadi dari
perubahan-perubahan tersebut dapat diketahui dan diantisifikasi sebelumnya.
Contoh :
- Perubahan biaya produksi dapat mempengaruhi tingkat kelayakan.
Alasan dilakukannya analisis sentivitas adalah untuk
mengantisipasi adanya perubahan-perubahan berikut:
- Adanya cost overrn, yaitu kenaikan biaya-biaya, seperti biaya konstruksi, biaya bahan baku, produksi, dsb.
- Penurunan produktivitas
- Mundurnya jadwal pelaksanaan proyek
Tujuan Analisis Sensitivitas :
- Menilai apa yang terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat
- Analisis kelayakan suatu usaha ataupun bisnis perhitungan umumnya di dasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang
- Analisis pasca criteria investasi yang digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan kondisi ekonomi dan hasil analisisbisnis jika terjadi perubahan atau ketidaktepatan dalam perhitungan biaya atau manfaat
b. Rumus
Harga komoditas (product
price) akan berpengaruh terhadap revenue recovery dari Au, Ag, Pt,
Pd,Se dan slag Pb.
Product price baru = Product price awal + Product price awal x
sensitivitas Product price
Misalnya untuk Au dengan
sensitivitas product price sebesar 10% dan -10%;
Untuk level sensitivitas
10 %:
Product price Au
= 727.5 USD/oz + 727.5 USD/oz x 10% = 800.25 USD/oz
Untuk level sensitivitas
-10 %:
Product price Au
= 727.5 USD/oz - 727.5 USD/oz x 10% = 654.75 USD/oz
c.
Contoh Kasus dan
Jawabannya
Table analisis
penggilingan padi (dalam ribu Rp)
Tahun
|
C
|
B
|
B
- C
|
DF
15%
|
NPV
15%
|
DF
30%
|
NPV
30%
|
DF
50%
|
NPV
50%
|
0
|
5000
|
0
|
-5000
|
1
|
-5000
|
1
|
-5000
|
1
|
-5000
|
1
|
3000
|
4000
|
1000
|
0.87
|
870
|
0.769
|
769
|
0.667
|
667
|
2
|
2500
|
4000
|
1500
|
0.756
|
1134
|
0.592
|
888
|
0.444
|
666
|
3
|
2500
|
5000
|
2500
|
0.658
|
1645
|
0.455
|
1137.5
|
0.296
|
740
|
4
|
2000
|
5000
|
3000
|
0.572
|
1716
|
0.35
|
1050
|
0.198
|
594
|
5
|
2000
|
5000
|
3000
|
0.497
|
1491
|
0.269
|
807
|
0.132
|
396
|
6
|
2000
|
5000
|
3000
|
0.432
|
1296
|
0.207
|
621
|
0.088
|
264
|
7
|
2000
|
5000
|
3000
|
0.376
|
1128
|
0.159
|
477
|
0.059
|
177
|
8
|
2000
|
7000
|
5000
|
0.327
|
1635
|
0.123
|
615
|
0.039
|
195
|
NPV=
|
5915
|
1364.5
|
-1301
|
Hasil analisis :
NPV (pada tingkat
discount rate 15% per tahun ) = Rp 5915
Sumber :
- http://mysweetestfamily.wordpress.com/2011/05/20/incremental-analysis-pembahasan/
- http://anggih91.wordpress.com/2012/10/05/menerima-atau-menolak-pesanan-khusus/
- http://ekonomiteknik-itt.blogspot.com/2012/01/benefit-cost-ratio.html
- http://achmad-amirudin21.blogspot.com/2012/05/analisis-sensitivitas-titik-impas.html
- http://irnawt.wordpress.com/2011/04/28/pengertian-definisi-dan-rumus-bep-break-even-point-4/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar